Sabtu, 11 Februari 2012

Gelombang Baru Perlawanan Mahasiswa

Oleh Maria Ulfa
Ketika dilontarkan sebuah pertanyaan terkait aksi baker diri yang dilakukan oleh seorang mahasiswa UBK yang telah lalu, “apakah aksi tersebut berdampak bagi gerakan mahasiswa kedepan?” penulis berkeyakinan bahwa dampak atau ekses dari peristiwa itu pasti ada, akan tetapi yang perlu digaris bawahi adalah perlukah aksi semacam itu terjadi lagi? Jawabannya adalah aksi semacam itu bainya tidak perlu terulang dan jangan sampai terjadi kembali. Pasalnya masih banyak cara lain untuk meluapkan bentuk protes atau luapan rasa kecewa kita sebagai masyarakat terhadap pemerintah yang lebih manusiawi dan terdidik sesuai dengan kedudukan kita sebagai seorang mahasiswa.
Sebuah aksi selain untuk menuntut kepada pemerintah terhadap segala kebijakan-kebijakannya juga harus bernilai pendidikan terhadap masyarakat bawah. Sehingga aksi protes kita dapat memberikan pelajaran serta wacana baru kepada masyrakat luas bukan malah membuat masyarakat menjadi ketakutan dan membangun image anarkis dimata masyarakat. Hal seperti ini hendaknya perlu kita cermati dan kaji ulang dengan maksud agar aksi-aksi yang dimotori oleh mahasiswa kedepan lebih berkesan, berkarakter dan bernilai pendidikan bagi masyarakat kita.
Menanggapi peristiwa yang terjadi pada tanggal 7 Desember kemarin, dimana seorang mahasiswa Universitas Bung Karno di Jakarta melakukan sebuah aksi baker diri di depan gedung istana sebagai bentuk kekecewaannya terhadap pemerintah yang hanya banyak bicara no action. Kejadian itu praktis berdampak kepada seluruh aktivis mahasiswa dan mendapat apresiasi dari sejumlah aktivis lainnya. Dengan usianya yang masih muda seorang Sondang rela nyawanya diambil untuk sekedar menyadarkan pemerintah yang dinilai sudah jauh melenceng dari rel yang seharusnya. Atau dengan kata lain pemerintah sudah gagal dalam menjalankan tugasnya sebagai abdi Negara, melayani seluruh rakyat Indonesia.
Pemerintah terlihat begitu asyik dengan urusan koalisi, membuat janji-janji hingga berorasi membangun citra diri. Apakah ini yang masyarakat butuhkan saat ini? Tentu jawabannya adalah tidak, masyrakat tidak butuh janji, akan tetapi masyarakat membutuhkan realisasi nyata dari pemerintah. Masyarakat berharap agar dahaga keadilan dapat segera terlewati oleh kebijaksanaan pemerintah yang arif. Masyarakat todak butuh orasi, akan tetapi mereka butuh sesuap nasi demi kesejahteraannya. Jika tidak maka gelombang baru perlawanan mahasiswa sudah pasti akan kembali terjadi.
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Agama Islam Jurusan Syari’ah
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 komentar:

Posting Komentar