Kamis, 07 Juli 2011

Menanti Akhir Drama Suap Sesmenpora

Oleh: Agus Mulyadi

Berawal dari terciumnya drama suap Sesmenpora dalam pengadaan Wisma Atlet di Palembang, seakan menjadi pintu gerbang dari rentetan sejumlah kasus yang mendera Partai Biru (Demokrat). Tak pelak sejumlah nama dari kader partai berkuasa ini terseret karena kasus tersebut. Sebut saja Angelina Sondakh, Ruhut Sitompul, Edhy Baskoro menantu Presiden SBY hingga Ketua Umum (Anas Urbaningrum) partai sendiri disebut- sebut menerima aliran dana dalam pembangunan Wisma Atlet di Palembang..
Dari situlah drama ini kemudian dimulai. Nazarrudin sebagai Tokoh utama menjadi ramai dibicarakan melebihi ketenaran seorang artis ternama. Bukan karena aktingnya dalam sebuah film namun lebih dari itu ia berperan sangat besar terseretnya sejumlah nama dari kader partai berkuasa itu. Kelincahannya dalam mengelabui KPK dan Kepolisian bahkan Pemerintah melebihi lincahnya seekor belut yang licin dan licik. Hal ini terbukti dengan pelariannya sehari sebelum pencekalan terhadap dirinya ia sudah lebih dahulu berpamitan untuk ngacir dan bersembunyi di negri seberang (Singapura). Dari negeri tetangga itu kemudian ia menyerang balik partainya sendiri karena ia merasa dirugikan dalam hal ini. Tak pelak serangannya pun membuat sejumlah petinggi partai berang dan melaporkannya ke pihak aparat.
Hebat, tokoh yang satu ini seakan kekuatannya melebihi dari segalanya. ia menjadi kartu truft dari sejumlah kasus yang sedang mendera partai berkuasa saat ini. Dengan begitu tenangnya Nazarrudin mengobok- obok partainya sendiri sikut kanan sikut kiri itu yang terjadi.
Sampai kapankah asus ini akan selesai? Dimanakah Nazarrudin sekarang berada? Dan bagaimanakah akhir dari cerita Drama suap sesmenpora ini? Semua tergantung kepada pihak- pihak terkait dalam menanganinya. KPK sebagai lembaga penegak hokum yang katanya Nomor wahid harus berusaha lebih keras dan gesit, kepolisian sebagai kolega dalam penanganan kasus ini juga harus kooperatif  dan tentunya pemerintah dengan kekuatannya di ASEAN seharusnya semakin memudahkan jalannya pengusutan kasus ini.

Mempertanyakan Komitmen Pemerintah dalam Pemberantasan Korupsi
            Tentunya masyarakat masih terngiang- ngiang dengan ucapan SBY terkait pemberantasan korupsi. “…..saya akan menjadi panglima terdepan dalam pemberantasan korupsi” ucapan orang nomor satu di negeri ini terasa menyilaukan dan menghanyutkan berjuta rakyat Indonesia. Bagaimana tidak?, beliau dengan begitu semangatnya berkata akan menjadi orang terdepan dalam pemberantasan korupsi di negeri ini. Ucapan itu seakan menjadi candu yang begitu memabukan sehingga rakyat lupa dengan sejumlah kasus yang hingga saat ini tidak jelas ujungnya. Yang paling nyata adalah kasus suap sesmenpora dan dokumen palsu yang menjerat sejumlah kader partai yang mengusungnya. .
            Dari sejumlah kasus tersebut kemudian masyarakat Indonesia mulai bertanya. Bagamana komitmen pemerintah dalam hal ini? Apakah pemerintrah sudah lupa dengan janji- janji yang dahulu digembar geborkan? Masyarakat seakan dibodohi dengan janji- janji palsu SBY dan partainya. Semangat itu ternyata hanya diujung saja seperti kata pepatah “Hangat- Hangat Tai Ayam”. Begitu keluar betul memang masih bergelora dan menggebu- gebu namun dalam perjalanannya terlihat melempem.
            Jika pemerintah tidak mau dikatakan gagal maka sudah saat pemerintah dan partainya mulai berbenah, melakukan bersih- bersih rumah tangganya dari kotoran korupsi. Hal ini tentunya tidak mudah bagi pemerintah, namun bila ada komitmen yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan kebersamaan harapan itu bukan tidak mungkin akan terwujud.
            Kemudian selanjutnya pemerintah dan sejumlah jajaranya baik partai dan pejabat Negara harus bersama- sama satu kata menjadikan korupsi sebagai common enemy musuh bersama dan harus dijauhi.
            Bulatkan tekat untuk bersama membersihkan bangsa ini dari bencana korupsi. Tentunya dengan menindak tegas pelaku yang sudah dinyatakan terbukti melakukan tindak pidana korupsi supaya diadili dengan cara dan langkah yang nyata, sehingga kredibilitas pemerintah sedikit demi sedikit akan terbangun kembali. Inilah sebenarnya akhir atau ending dari cerita drama yang diharapkan masyarakat Indonesia, tanpa pernah bisa diusut tuntaskan. Tidak hanya kasus yang melanda ditubuh partai Demokrat saja namun semua bidang dan lembaga Negara yang tercium kasus korupsi segera ditindak dan diselesaikan. jangan samapai mereka yang telah menggerogoti uang Negara berkeliaran lenggang kangkung
            Hari anti korupsi sedunia adalah moment yang pas untuk berbenah. Kembali kepada rel yang seharusnya yakni pemberantasan karupsi yang sangat merugikan Negara. Katakana tidak untuk korupsi, dan abaikan rayuannya jika oknum mengajak korupsi, kemudian tutup mata jika ada orang yang terang- terangan mengajak korupsi dan katakanlah tidak untuk korupsi. Sekiranya inilah langkah konkrit yang harus segera dilakukan untuk lepas dari jeratan korupsi yang memang begitu ganas dan merugikan Negara.

Penulis adalah Kader IMM Cab. Sukoharjo Mahasiswa Fakultas Agama Islam,
Jurusan Tarbiyah, Universitas Muhammadiyah Surakarta

0 komentar:

Posting Komentar